Equality Is Like Gravity, We Need It To Stand On This Earth As Men And Women
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Yang perlu
disadari dan dipahami bahwa kepemimpinan pria dan wanita memang berbeda. Karena
pada dasarnya wanita dan pria dilahirkan secara berbeda. Terkadang penyebab
hubungan antar pria dan wanita menjadi sangat tidak efektif ketika keduanya
tidak saling memahami dan mengakui bahwa secara biologis pria maupun wanita
memang tercipta berbeda. Dalam banyak penelitian diidentifikasi beberapa aspek
yang menggambarkan bahwa sosok wanita memiliki beberapa perbedaan dari sosok
pria yang terbangun dari struktur otak, hormon dan juga skill untuk membangun
efektivitas kepemimpinan.
Ada beberapa
aspek yang membuat wanita memiliki sifat kepemimpinan yang natural, yaitu :
Aspek
pertama adalah
wanita memiliki kemampuan web-thinking, yakni kemampuan mengolah data dari
berbagai sudut pandang untuk menjadi informasi yang berguna. Jika dilihat dari
sudut pandang biologis, hal tersebut dapat dimengerti karena pada masa
pertumbuhannya otak kiri anak perempuan lebih cepat berkembang dibandingkan
otak kiri anak laki-laki. Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan,
ternyata perkembangan kedua belahan otak baik kanan dan kiri dari anak
perempuan tumbuh dengan kecepatan yang relatif lebih seimbang bila dibandingkan
dengan anak laki-laki yang otak kanannya berkembang lebih cepat daripada otak
kirinya.
Lalu dengan
kemampuan web-thinking, wanita lebih mampu mentoleransi ambiguitas, memiliki
kemampuan mengerjakan pekerjaan yang tidak saling berhubungan dalam satu waktu
(multitasking), dan lebih intuitif. Faktor intuisi ini menjadikan wanita
menjadi lebih produktif dalam hal pengambilan keputusan. Kemampuan web-thinking
mendorong wanita untuk dapat berpikir dan merencanakan sesuatu secara jangka
panjang ketimbang pria yang lebih banyak fokus dan berpikir untuk hal yang
terjadi saat ini saja.
Aspek kedua adalah mental fleksibilitas, dimana mental
tersebut merupakan aspek kepemimpinan yang sangat diperlukan dalam kondisi
bisnis global yang berubah begitu cepatnya. Dari beberapa riset yang menyoroti
kefektifan kepemimpinan wanita, ternyata wanita memiliki 28 area kemampuan
manajerial dari 31 area yang dibutuhkan oleh seorang manager ataupun leader.
Salah satunya adalah kemampuan menghasilkan ide-ide baru. Kemampuan tersebut
amat terkait dengan mental fleksibilitas dan juga kemampuan web-thinking dari
seorang wanita, sehingga ia mampu berimajinasi, memiliki kapasitas mendalami
suatu ilmu dan mampu mengoptimalkan data untuk dikelola menjadi suatu hal yang
baru.
Aspek ketiga yang membuat wanita memiliki sifat
kepemimpinan yang natural adalah kemampuan artikulasi verbal. Kemampuan
mengolah kata-kata merupakan salah satu perangkat yang dimiliki oleh wanita.
Wanita memiliki kemampuan menemukan kata yang tepat secara cepat. Mereka pun
dapat mempengaruhi pikiran dan hati pihak lain melalui kata-kata dan suara
mereka.
Kemudian aspek yang keempat adalah
wanita memiliki kemampuan dalam hal menunjukkan postur dan gerakan yang sesuai
dengan situasi, mampu membaca kompleksitas emosi wajah serta mampu mendengarkan
perubahan tekanan di dalam suara. Rata-rata wanita memiliki rasa yang lebih
baik di dalam selera, sentuhan, penciuman dan pendengaran sehingga dengan
demikian wanita lebih mampu mengerti berbagai hal yang tersirat.
Aspek
kepemimpinan natural wanita lainnya adalah kemampuan membangun dan menjaga
networking, melakukan kolaborasi dan menampakkan empati. Dengan berbagai hal
tersebut wanita memiliki kecenderungan untuk mempraktekkan sharing power
ketimbang pria yang cenderung lebih hirarkis dan melihat power sebagai jenjang
dan status.
Sungguh
beruntung sosok wanita yang telah diberikan berbagai aspek kepemimpinan natural
yang melekat di dalam dirinya. Namun sering kali wanita banyak mengalami
hambatan di dalam mengoptimalkan kepemimpinannya. Hal paling klasik yang biasa
ditemukan adalah biasanya wanita dihadapkan pada dua pilihan antara
memprioritaskan pekerjaan atau keluarga. Menghadapi pilihan tersebut, secara
alamiah seringkali wanita akan menuruti panggilan jiwanya sebagai seorang ibu
ataupun calon ibu untuk lebih memprioritaskan keluarga. Lalu penyebab lainnya
adalah terkadang diskriminasi masih berlaku di kehidupan masyarakat pada
umumnya yang disebabkan karena berbagai prasangka dan stigma mengenai
kepemimpinan wanita sehingga terkadang terjadi resistensi yang tinggi terhadap
kepemimpinan wanita.
Pada intinya
wanita memiliki semangat, kemampuan dan kualitas yang sama dibandingkan pria. Perbedaannya
hanyalah terletak pada kesempatan yang mereka dapatkan. Baik pria maupun
wanita, keduanya seyogyanya saling melengkapi untuk kepentingan dan kemajuan
bersama dengan menggunakan pendekatan sebagai mitra sejajar yang saling
melengkapi, karena pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang prinsip antara
kemampuan kepemimpinan antara pria dan wanita dan harus kita akui bahwa
keduanya saling membutuhkan.
Komentar
Posting Komentar